Capungmerah.com – Ada berbagai cara menanam jagung salah satu diantaranya adalah metode Tanpa Olah Tanah atau TOT. Pengertiannya adalah cara penanaman jagungnya tanpa melakukan persiapan lahan seperti pembalikan dan penggemburan tanah sebelumnya tapi hanya langsung membuat lubang tanah untuk ditanami.
Cara menanam jagung tanpa olah tanah ini tidak bisa untuk diterapkan di semua jenis lahan pertanian. Hanya lahan yang kondisi tanahnya memiliki tingkat kegemburan tertentu dan cocok untuk metode ini. Tanah yang karakternya keras tidak bisa menerapkan metode tanpa olah tanah ini.
Metode tanpa olah tanah ini biasanya cocok diterapkan di lahan sawah setelah selesai di panen. Bisa juga diterapkan di sawah dengan sistem tadah hujan maupun sawah beririgasi teknis. Jerami bekas tanaman padi setelah panen sangat berguna sebagai mulsa untuk tanaman jagung dengan sistem TOT ini.
Kelebihan dan kekurangan metode TOT
Budidaya jagung dengan metode tanpa olah tanah ini memiliki kelebihan dan kekurangan:
1. Kelebihan
- Menyingkat waktu karena tanpa pengolahan tanah terlebih dahulu
- Menghemat ongkos untuk tenaga kerja
- Menghindari kerusakan tanah karena tanah yang terlalu sering dibalik atau digemburkan akan mengalami
- pengerasan tanah dalam jangka panjang dan berpotensi hilangnya mineral tanah
- Mengurangi erosi lapisan hara tanah pada bagian atas karena proses pengolahan tanah tersebut
2. Kekurangan
- Kemungkinan tanah telah ditumbuhi gulma yang bisa mengganggu pada pertumbuhan tanaman
- Kemungkinan sisa-sisa hama berkembang biak di atas lahan dan bisa mengganggu pertumbuhan tanaman berikutnya
Persiapan lahan Budidaya Jagung
Persiapan yang harus dilakukan untuk budidaya jagung tanpa olah tanah ini adalah:
1. Penyiapan mulsa jerami
Langkah pertama pada tahap ini yang diperlukan adalah pembersihan lahan. Bersihkan jerami sisa panen padi sebelumnya dari lahan dengan cara merajang atau mencacah jerami tersebut. Kemudian taburkan jerami yang sudah dihancurkan tadi secara merata di atas permukaan lahan. Jerami ini akan berguna sebagai mulsa penutup tanah yang akan ditanami jagung.
2. Penyiapan drainase
Drainase untuk tanaman jagung dibuat berbentuk garis lurus dengan jarak antar ruas tanam sekitar 2 meter. Tujuan pembuatan drainase ini adalah untuk membuang kelebihan air pada lahan, karena tidak ada pengolahan tanah seperti peninggian bedeng tanam maka ini perlu untuk dilakukan agar lahan jangan sampai lahan terendam air.
3. Pembersihan gulma
Bila laha yang akan kita gunakan untuk tanaman jagung Tanpa Olah Tanah ini ditumbuhi gulma sebaiknya terapkan pembersihan gulma dengan herbisida. Apabila gulmanya cukup banyak pada lahan, gunakan herbisida sistemik yang bisa untuk membasmi gulma hingga ke akarnya.
Setelah 3 hari berlalu kontrol kembali lahan, apakah lahan masih terdapat gulma atau tidak. Bila masih terdapat gulma di lahan tersebut lakukan lagi penyemprotan. Seminggu setelah proses penyemprotan herbisida, lahan siap untuk ditanami jagung.
4. Pemupukan dan pengapuran
Bila bekas lahan yang akan digunakan menanam jagung kurang subur, bisa ditambahkan penambahan pupuk organik dan bisa juga pupuk kompos atau pupuk kandang. Pupuk ini ditaburkan dalam bentuk larik saja sesuai dengan baris lubang tanaman jagung.
Dosis pupuk organik untuk tanaman jagung ini adalah sekitar 1,5-2 ton per hektarnya. Bila perlu bisa dilakukan pengapuran pada lahan, yaitu dengan cara menebarkan kapur sama dengan pupuk dalam bentuk larikan. Dosis pengapuran ini adalah sekitar 300-400 kg per hektar.
Tahapan Penanaman
Tahapan penanaman yang dilakukan pada tanaman jagung dengan metode TOT adalah:
1. Penyiapan benih
Gunakan benih unggul yang memiliki tingkat keberhasilan tumbuh lebih dari 95% untuk budidaya jagung sistem TOT ini. Penyiapan benih jagung sebaiknya mengikuti anjuran dari produsen benih tersebut. Bagi benih jagung yang berasal bukan dari pabrikan, benih bisa saja disiapkan terlebih dahulu dengan cara merendam terlebih dahulu dengan campuran insektisida.
Gunannya adalah agar benih terlindung dari serangan penyakit saat sudah ditanam nanti. Bagi benih yang diproduksi oleh pabrik biasanya sudah dicampur dengan insektisida dan penampakan benih biasanya berwarna merah, sehingga tidak perlu perendaman dengan campuran insektisida lagi.
2. Pengaturan jarak tanam
Jarak tanam untuk tanaman jagung dalam satu baris lah adsekitar 20 cm, sedangkan jarak antar baris adalah 70-75 cm. Bila bedengan yang dibuat selebar kira-kira 2 meter, maka akan terdapat setidaknya 3 baris tanaman jagung dalam satu bedengnya.
3. Penanaman
Penanaman benih bisa dilakukan maksimal selama seminggu setelah pemberian pupuk organik dan pengapuran pada lahan. Kedalaman lubang tanam jagung ini sekitar 3-5 cm. Masukkan 2 benih jagung dalam setiap satu lubang tanam. Kemudian tutup lubang dengan tanah tapi jangat dipadatkan.
Siapkan juga tempat untuk penyemaian benih secara terpisah, gunanya adalah untuk menyulam tanaman jagung yang gagal tumbuh. Tujuannya adalah agar tanaman hasil sulaman memiliki umur yang sama dengan tanaman yang telah ditanam dahulu di lahan.
Periksa pertumbuhan benih jagung yang sudah ditanam setelah satu minggu. Kemudian sulam benih jagung yang gagal tumbuh dengan bibit baru yang telah disemaikan di tempat terpisah. Usahakan penyulaman ini dilakukan dengan tanaman yang seumur agar umurnya nanti setara.
4. Pemberian pupuk tambahan
Pemupukan tambahan akan dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam satu masa tanam tergantung dari tingkat kesuburan tanah yang digunakan dan jenis benih yang digunakan juga. Jagung hibrida biasanya akan membutuhkan pemupukan yang lebih banyak dibanding dengan jagung biasa.
Jenis pupuk yang dibutuhkan tanaman jagung ini harus memenuhi kandungan unsur N, P dan K. Unsur N bisa didapatkan dari pupuk urea, unsur P dari pupuk SP-36 dan unsur K dari pupuk KCl. Takaran pupuk yang digunakan untuk budidaya jagung ini berdasarkan anjuran Balitbangtan per hektarnya adalah sekitar 350 kg Urea + 200 kg SP-36 + 100 kg KCl.
Bila kesulitan untuk mendapatkan KCL, unusr K ini bisa didapatkan dari pupuk NPK. Dengan takaranny adalah sebagai berikut: 400 kg NPK 15:15:15 + 270 kg urea + 80 kg SP-36 untuk lahan setiap hektarnya. Untuk frekuensi pemupukan bisa dilakukan dua kali, berikan pada 10 dan 35 hari setelah tanam atau hst. Untuk frekuensi pemupukan 3 kali berikan pada umur 7-10 hari setelah tanam, 28-30 hari setelah tanam dan 40-45 hari setelah tanam.
Pengairan
Pengairan yang paling mudah untuk digunakan dalam tanaman jagung di lahan sawah adalah dengan sistem penggenangan. Bagian yang digenangi air adalah hanya bagian parit drainase saja bukan pada seluruh lahan.
Caranya adalah alirkan air ke saluran drainase yang telah dibuat sebelumnya. Biarkan air meresap pada tanah bedengan jagung. Setelah tanah sudah tampak basah, keluarkan kembali air dari saluran drainase lahan jagung tersebut.
Baca juga:
Ada 5 fase pertumbuhan budidaya jagung yang memerlukan pengairan, yakni:
- Fase pertumbuhan awal
- Fase pertumbuhan vegetatif
- Fase pembungaan
- Fase pengisian biji
- Fase pematangan.
Pengeringan Jagung
Tanaman jagung bisa dipanen sekitar 100 ari setelah tanam, tergantung dari jenis benih yang digunakan. Secara fisik jagung yang sudah siap panen terlihat dari daun klobotnya yang kuning mengering. Panen jagung yang dilakukan sebelum atau setelah masa fisiologinya akan berakibat pada komposisi kimia jagung yang nanti juga menentukan kualitasnya.
Setelah panen selesai, jagung harus dikeringkan terlebih dahulu. Cara pengeringan yang paling umum dilakukan adalah dengan menjemurnya di ladang bersama-sama dengan klobot atau kulitnya. Atau bisa juga dikupas kulit kelobotnya kemudian jagung bisa dijemur di lantai atau di atas terpal.
Kerusakan masih bisa saja terjadi saat proses pengeringan terutama bila panen itu dilakukan di musim hujan. Jagung yang masih basah akan sangat rentan dengan serangan jamur atau cendawan. Jamur bisa saja merusak hasil panen jagung hingga lebih dari 50%.
Semoga bermanfaat …
Leave a Reply